Sejarah Singkat: Kerajaan Madangkara Brama Kumbara

TURUN BANTAYAN - Saur Sepuh merupakan cerita tentang perjalanan seorang pendekar sakti bernama Brama Kumbara yang kelak menjadi raja di salah satu kerajaan di wilayah selatan bernama Madangkara. dengan mengambil latar pada masa pemerintahan raja Hayam Wuruk pada zaman kerajaan Hindu Buddha Majapahit di Nusantara.

Sinopsisnya yaitu, Seorang tokoh silat sakti mandraguna dari golongan putih Sejarah Singkat Tentang Saur Sepuh [Kerajaan Madangkara Brama Kumbara] .Ia seorang pendekar yang menguasai berbagai ilmu kesaktian. Brama secara darah masih keturunan Raja Madangkara. Ayahnya bernama Darmasalira. Kakek Astagina, guru dan juga kakek  Brama ini dulunya pernah pula menjadi Raja Madangkara. Ibu  Brama bernama Gayatri. Gayatri lah yang sebenarnya adalah keturunan dari trah keluarga Kerajaan Madangkara. Ayah kandung Brama tewas dibunuh oleh perampok yang akan menyerang kampung mereka : Jamparing.


Setelah menjanda, Gayatri diperistri oleh Tumenggung Ardalepa, seorang bangsawan dan pejabat dari Kuntala. Dari perkawinan ini, lahirlah Mantili, adik satu ibu lain ayah dari  Brama. 

Brama akhirnya menjadi Raja Madangkara karena dia jugalah yang memimpin pergerakan nasionalis Madangkara melawan pasukan perang Kuntala. Dengan persekutuannya bersama beberapa kerajaan kecil lain yang juga menjadi jajahan Kuntala, terbentuklah pasukan perang Dewangga yang mampu menghancurkan Kuntala.

Brama kecil saat suasana perang dan melarikan diri diselamatkan dan dididik langsung oleh Kakek Astagina, seorang pendekar tua sakti yang sebenarnya merupakan kakeknya sendiri dan pernah menjadi raja Madangkara. 

Dari kakek Astagina inilah Brama memperoleh banyak ilmu kesaktian tingkat tinggi seperti Ajian Bayu Bajra, Tapak Saketi, Tikki Ibeng, Malih Rupa dan ilmu pamungkas yang bernama Serat Jiwa (sebelum akhirnya kelak setelah menjadi raja, Brama kembali menciptakan ilmu baru yang kesaktiannya diatas serat jiwa, bernama Lampah Lumpuh)

Guru Brama hanya seorang yaitu Kakek Astagina. Tidak ada guru lain di luar itu. Apalagi punya guru seorang wanita bernama Sekar Tanjung!

Dari semua ilmu kesaktian yang dimiliki oleh kakek Astagina, hanya satu ilmu yang tidak mau diwarisi oleh Brama, yaitu aji kentut semar.

Brama memiliki pedang biru yang merupakan warisan Kakek Astagina kepada Panglima Bernawa. Pedang biru ini memiliki kembaran yaitu Pedang Merah. Pedang Biru sendiri bukan pedang pusaka yang terlalu hebat seperti digambarkan dalam sinetron Brama Kumbara 2013. Pedang biru hanyalah pedang biasa yang diberikan kekuatan sakti oleh Kakek Astagina.

Baca Juga : kolosal rakyat 2 Tutur Tinular

Manakala pedang biru dan pedang merah disatukan, keduanya akan patah. Di dalam pedang biru terdapat gulungan kertas yang berisi silsilah Raja Raja Kerajaan Madangkara dan di dalam pedang merah terdapat surat dari Kakek Astagina (Raja ketiga Kerajaan Madangkara). Dari gulungan inilah kelak Brama mengetahui identitas dirinya sebagai salah satu keturunan raja Madangkara yang sah.

Brama memimpin pasukan revolusi bersama dengan Gotawa dan orang-orang yang satu tujuan dengan mereka. Perjuangan kemerdekaan Madangkara ini didukung penuh oleh Tumenggung Ardalepa dan Gayatri, ayah angkat dan ibu kandung Brama.Ardalepa adalah seorang pejabat Guntala yang sebenarnya membenci penjajahan dan penzaliman terhadap rakyat kecil. Oleh sebab itulah, Ardalepa justru dekat dengan rakyat Madangkara.

Seperti juga Ardalepa, sosok Brama sangat dekat dengan rakyat Madangkara, semua orang mengasihinya. Hubungan baiknya secara pribadi sebagai seorang pendekar dengan para tokoh rimba persilatan membuat Brama laksana sosok yang ditakuti oleh kawan maupun lawan. 

Begitupula hubungan diplomatik kerajaan yang ia bangun terhadap kerajaan tetangga sangat baik. Madangkara tidak pernah terlibat konflik dengan kerajaan manapun disekitarnya seperti Pajajaran, Tanjung Singguruh, Niskala, Sumedang Larang, Ajong Kidul, Selimbar, Majapahit dan sebagainya. Bahkan senopati Ranggaweni dari kerajaan Pajajaran merupakan salah satu sahabat dekatnya.

Sosok Brama Kumbara sebagai seorang pejuang kemerdekaan Madangkara dibagian awal cerita sandiwara radio ini akhirnya harus berhadapan dengan kesaktian milik Tumenggung Gardika dari Kuntala. Brama kalah dalam pertarungan itu. Gardika ternyata menguasai ajian Serat Jiwa. Sebuah ajian kegidjayaan tertinggi saat itu. Sementara Brama sendiri sama sekali belum menguasainya. Dengan kondisi yang terluka parah, Brama diselamatkan oleh 

Rajawali raksasa sahabatnya dan ia digodok dalam Kolam Lumpur Bergolak yang terdapat di Goa Pantai Selatan. Kemudian, Di dalam Goa Pantai Selatan tersebut, Brama tidak sengaja menemukan kitab Ajian Serat Jiwa di dalam sebuah peti batu tempat yang biasa digunakan oleh Kakek Astagina bersemedi. Ajian Serat Jiwa sendiri ternyata merupakan sebuah ajian yang diciptakan oleh Kakek Astagina bersama dua orang saudara seperguruannya. Akhirnya Brama berhasil menguasai Ajian Serat Jiwa sampai tingkat 10 yang merupakan tingkat tertinggi Ajian Serat Jiwa.

Gardika yang juga  menguasai Ajian Serat Jiwa sampai tingkat 10 akhirnya kembali bertempur melawan Brama, tetapi dalam duel maut berikutnya itu Gardikalah yang tewas…. tubuhnya hancur menjadi tepung. Meski Ajian Serat Jiwa yang mereka gunakan ada dalam tingkatan yang sama,  Brama lebih unggul  berkat keputihan niatnya dalam menggunakan ilmu tersebut.  Memang saat itu Kitab Ajian Serat Jiwa tersebar luas dan banyak pendekar mampu menguasainya, namun kebanyakan tidak bisa menguasai sampai tingkat tertinggi. .

Misalnya diceritakan juga tentang sosok Miranti Si Kelabang Hitam yang menjadi musuh Mantili, menguasai ilmu serat jiwa hanya sampai tingkat 2, Jasiun salah seorang yang ikut memperebutkan Pedang Setan setelah dicuri Dewa Maut dan direbut oleh Ki Naga hanya sampai tingkat 4, Mantili  sendiri hanya sampai tingkat 6, Harnum dan Pramitha (kedua istri Brama Kumbara) maupun Patih Kandara (yang kelak menjabat menggantikan Patih Gotawa dijaman pemerintahan Prabu Wanapati) hanya sampai tingkat 8, Soma Wikarta (salah satu murid utama Mantili dari padepokan gunung wangsit) hanya sampai tingkat 9.

Hanya Brama, Jaka Lumayung (kakak seperguruan Brama), Gardika, dan tentu saja Kakek Astagina serta dua saudara seperguruannya sendiri yang menguasai sampai tingkat 10. Nenek Lawu, guru Lasmini yang sempat menjadi musuh Brama dan Mantili, hanya menguasai intisari Ajian Serat Jiwa saja namun ia tidak menguasai ilmu serat jiwa itu sendiri.

Ketika ia sudah menjadi raja Madangkara, kelak makam kakek Astagina yang ada digoa pantai selatan, dipugar oleh Brama hingga menjadi pesanggrahan. Dalam proses pembuatan pesanggrahan ini yang diketuai oleh Tumenggung Ajisanta, sempat diganggu oleh gerombolan setan merah yang merupakan orang-orang sewaan Kuntala yang dendam dengan Madangkara. Pada peristiwa itu, Brama sampai pada puncak murkanya sehingga berubah menjadi raksasa Buto Agni.

Amarah Brama yang meledak-ledak atas hancurnya goa pantai selatan ini akhirnya bisa dipadamkan oleh Mantili, adik kandung Brama lain ibu, setelah ia menangis dikaki Buto Agni.

Setelah peristiwa ini, pengerjaan pesanggrahan kramat di goa Pantai Selatan itu diteruskan dibawah pengawasan langsung Patih Gotawa dan Panglima Ringkin, panglima perang Madangkara. Sementara Brama Kumbara sendiri bersama Mantili mengejar pelaku perusakan.

Kisah perselisihan Brama bersama tokoh-tokoh Madangkara dengan orang-orang Kuntala yang dendam atas kekalahan kerajaannya itu terus berlanjut sampai kemudian mengantarkan pertemuan Brama pada Kijara dan Lugina. Keduanya murid-murid utama Panembahan Pasupati dari gunung saba.

Panembahan Pasupati adalah keturunan adipati Natasuma yang menguasai ilmu Waringin Sungsang. Sebuah ilmu kedigjayaan yang mampu mengalahkan ajian Serat Jiwa tingkat 10. Dari pertemuan ini Brama untuk kedua kalinya setelah ia melawan Gardika diawal kemerdekaan Madangkara, kembali menemui kekalahan.

Tapi tidak butuh waktu lama bagi Brama untuk mendapatkan teknik mengalahkan aji Waringin Sungsang. Ia bahkan berhasil menemukan titik lemah ilmu itu. Dengan melihat pertarungan antara ular saba dan burung srigunting, dimana ular saba yang menggunakan teknik aji Waringin Sungsang berhasil dikalahkan oleh burung srigunting. Akhirnya Brama menemukan sebuah teknik. Teknik itu dinamainya ilmu Srigunting. Ilmu ini nantinya diajarkan Brama pula kepada Mantili untuk menghadapi Lugina dan Lasmini.

Namun Brama tidak puas bila hanya bisa menemukan titik lemah aji waringin sungsang saja tanpa membuat orang yang menggunakannya dijalan yang salah bisa bertobat. Akhirnya, Brama menemukan ilmu baru bernama Lampah Lumpuh. Melalui ilmu inilah nantinya Brama berhasil mengalahkan orang-orang dari Gunung Saba seperti Kijara dan Lugina.

Setelah kekalahan telaknya dari Brama, Kijara dan Lugina akhirnya berbalik menjadi orang-orang yang paling melindungi Brama dari semua ancaman. Terakhir keduanya diceritakan tewas terbunuh oleh Bhiksu Kampala yang datang dari Tibet untuk menjajal ilmu Brama.

Setelah mewariskan singgasananya pada Wanapati, Brama kemudian mengundurkan diri ke goa pantai selatan sampai wafatnya. 

Tentang Rajawali Sakti: Burung Rajawali raksasa ini dikenal sewaktu  Brama masih kecil, ketika digembleng oleh Kakek Astagina di Gua Pantai Selatan. Ketika  Brama bersama Kakek Astagina sedang berbincang di tepi pantai, mereka dikejutkan oleh kedatangan seekor rajawali raksasa yang terbang melintas di depan mereka. 

Sejak pertama jumpa itu,  Brama sudah ‘jatuh cinta’ dan ingin terbang naik rajawali. Tentu saja itu tak ditanggapi serius oleh Kakek Astagina, “Ya, moga-moga saja rajawali itu mau membawamu terbang….” katanya; tetapi sekaligus Kakek pun memperingatkan agar jangan membuat masalah dengan binatang besar dan kuat itu karena bisa berbahaya.

Beberapa kali mereka melihat rajawali itu melintas. Suatu ketika karena saking penasarannya,  Brama yang sudah bertambah besar itu bersuit memanggil rajawali itu. Rajawali cilingukan, lalu datang menyerang. 

Terjadi pertarungan sengit dan kemudian  Brama ‘menclok’ di punggung rajawali itu dibawa terbang tetapi tetap kokoh bertahan. Akhirnya Rajawali itu ‘menyerah’… ia tak lagi menyerang, lalu pergi setelah terbang berputar tenang seolah memberi penghormatan. Sejak itu pun mereka bersahabat…  Brama dapat memanggil rajawali dengan suitannya dan Rajawali itu pun menjadi tunggangannya.

Disini kisah pertemuan Brama dan burung rajawalinya itu memiliki kemiripan dengan versi sinetron versi 2013, hanya saja disana sosok Kakek Astagina diubah menjadi Sekar Tanjung.

Di kemudian hari, dalam tapa semedinya, Brama mengenali Rajawali Saktinya itu sebagai titisan Dewa Brahma. Brama pernah memberikan sebuah kendi wasiat pada Bongkeng, salah satu abdi terbaik Mantili. Dimana ketika kendi itu dilempar, akan bermunculan rajawali-rajawali kecil yang bisa menyelamatkan Bongkeng dari bahaya.

Tokoh JAKA LUMAYUNG : Ini adalah kakak seperguruan  Brama. Jaka Lumayung merupakan putra dari Ki Arya Gandar Sametan yang merupakan saudara seperguruan Kakek Astagina, guru Brama. Jaka Lumayung ini kemudian hari, mendirikan dan memimpin Padepokan Serat Jiwa di kerajaan Pajajaran. Ia pernah datang bersama  Brama ke Gunung Saba untuk menjajal Ajian Waringin Sungsang pada Panembahan Pasupati, guru dari Kijara dan Lugina, dan hasilnya, Jaka Lumayung kalah.

Brama kemudian menemukan Ilmu Lampah-Lumpuh di perguruan milik Jaka Lumayung ini, Jaka Lumayung juga yang dengan setia merawat Brama dalam proses penciptaan ilmu barunya itu di Pajajaran. Dibawah pengawasan Jaka Lumayung, Brama bersemedi seraya berpuasa selama 40 hari lamanya.

KELABANG HITAM: Nama aslinya adalah Miranti. Dia adalah musuh besar Mantili waktu muda. Miranti pernah mengobrak-abrik Padepokan Gunung Wangsit milik Mantili dan mencuri Kitab Ajian Serat Jiwa di perguruan itu dengan bersekongkol dengan murid Mantili yang bernama Soma Wikarta. Mantili pernah dihajar kalah oleh Kelabang Hitam dengan Ajian Serat Jiwa tingkat 2. Dalam pertarungan itu, Mantili nyaris tewas. 

Ia diselamatkan oleh Jaka Lumayung, kakak seperguruan Brama Kumbara. Dibawah asuhan Jaka Lumayung, Mantili lalu memperdalam Ajian Serat Jiwanya sampai tingkat 3, dan dengan ilmu itu akhirnya ia dapat membinasakan Si Kelabang Hitam. Sampai akhir hidupnya, Mantili menguasai Ajian Serat Jiwa hanya sampai tingkat 6 saja, terakhir ia menggunakan ilmu ini ketika berhadapan dengan Mariba, seorang pendekar dari Gunung Saba yang hendak memperkosa dan mengambil pedang setan miliknya. Mantili juga pernah dikalahkan oleh  Kijara dan Lugina yang memiliki ilmu Waringin Sungsang.

KANDARA: Ia orang Guntala yang berhasil menyusup ke Madangkara dan menjadi pejabat di sana, bahkan sampai menjadi Patih di Madangkara pada generasi kedua (yaitu setelah Brama mangkat dan digantikan oleh putra kandungnya dari Harnum yang bernama Wanapati).

Kandara mengadu domba Prabu Wanapati dengan Pangeran Paksi Jaladara, putra Mantili dan Gotawa. Sempat terjadi perang saudara di antara keduanya. Untung bisa didamaikan oleh Raden Bentar dan Garnis, dua anak angkat Brama dari istri keduanya, Pramitha. Patih Kandara ini menguasai Ajian Serat Jiwa Sampai tingkat ke 8. Kandara akhirnya tewas melawan Soma Wikarta, mantan murid Mantili yang pernah berkhianat dimasa Klabang Hitam, yang menguasai Ajian Serat Jiwa sampai tingkat 9.

Itulah beberapa sinopsis yang kami ambil dalam garis besarnya saja perjalanan kisah dari seorang tokoh sakti mandraguna yang bernama Brama Kumbara,

Nara Sumber; Wikipedia

18 Responses to "Sejarah Singkat: Kerajaan Madangkara Brama Kumbara"

  1. Brama Kumbara diangkat ke dalam serial cerita radio saur sepuh

    BalasHapus
  2. betul sekali, saya sering mendengar di radio actari fm

    BalasHapus
  3. Pertanyaan saya dimanakah letak bekas kerajaan madangkara klou ada

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata belum ketemu hahahaha

      Hapus
    2. tidak ada, itu hanya sebuah karangan cerita rakyat jaman dulu ,,, cerita yang dibuat buat oleh bangsa jin melalu indra indra manusia yang lemah atau kurangnya ilmu

      Hapus
  4. Brrti hy crta rkyat... Bda am crta sangkuriang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cerita fiksi, namun dibalut timelinenya dg sejarah masa Majapahit waktu pemerintahan Kusumawardhana (pengganti Hayam Wuruk). N

      Hapus
    2. yes, itu hanyalah cerita fiksi karangan, seperti halnya sangkuriang dan tangkubahn perahu.

      Hapus
  5. Penasaran asal usul keraja'an Madangkara

    BalasHapus
  6. Balasan
    1. di dunia nyata belumm diketemukan, itu hanya sebuah karangan belaka ,,, katanya cerita yang di buat" oleh bangsa jin yang pada masa itu masih tangguh untuk membisikan menggoda bangsa manusia pada masa itu.

      Hapus
  7. Sampai saat ini bangsa jin juga masih tangguh dan perkasa menghasut bangsa manusia๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„๐Ÿ˜„

    BalasHapus
  8. Cerita kisah nyata itu kalo ga percaya luh tanya aja ama orang indigo...✍️

    BalasHapus
  9. kembali kepada rukun islam dan iman, yang gaib it memang ada termasuk mereka yang diberi kelebihan dalam salah satu indra nya ,,, bsa mlhat dan mrsakan bhkan bsa berintraksi, klau utk sjrah msih prlu byk kjian kjian lainnya. soal prcya tdaknya yaitu tdi msih prlu byk yg hrus dbktikn kbnaranya, contoh sprti kisah sangkuriang dng tangkuban perahu. semoga bermanfaat

    BalasHapus
  10. Kisah Nabi dan para shakhabatnya coba

    BalasHapus
  11. Di tempatku ada makam kuno yg namanya hampir mirip. Mungkinkah itu kebetulan atau memang benar sama, cman beda pelafalan saja. Ditempatku makam kuno itu bernama MURDANGKORO hampir sama MADANGKARA.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nje, bisa jadi beda penamaan ,,, selebihnya masih perlu referensi yang kuat ttg suatu cerita rakyat

      Hapus

Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!