Setelah penulis melakukan napak
tilas dan nyugcruk galur silsilah keturunan dari eyang H Latif yang dimulai
pada tahun 2005 setelah penulis menyelesaikan pendidikan di kota Yogyakarta.
Penulis kembali ketanah kelahiran leluhur tercinta yaitu di kampung Cinyenang
Desa Sidamulya Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis yang lokasinya tidak jauh dari
lokasi objek wisata budaya dan sejarah bekas peninggalan kerajaan Galuh yaitu
Situs Karang kamulyan.
Cerita mengenai kisah zuriyat
atau silsilah turunan memang pada awalnya tidak dibukukan oleh generasi orang
tua dahulu dan hanya diceritakan dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi
(menjadi buah bibir/tutur tinular).
Awal pertama timbul rasa penasaran untuk membuka tabir rahasia silsilah
keturunan dari Eyang H Latif ketika
Ayahanda dan Bibi penulis yang bernama Bapak Sofyan Iskandar dan Ibu Atik
Dartika generasi ke empat dari Eyang H Latif pernah menyampaikan kepada penulis
bahwa dahulu kakek Natawisastra dan Nenek Onoh anak dari Uyut Isti pernah
bercerita bahwa Eyang H Latif merupakah zuriyat atau turunan dari seorang
Bupati Galuh Ciamis ke 3 yang dimakamkan di makam Jambansari Ciamis.
Eyang H Latif menurut cerita
dari mulut ke mulut yang disampaikan oleh orang tua terdahulu bahwa beliau
diperkirakan lahir pada abad ke 18 atau sekitar tahun 1850 s.d 1859. Setelah
beranjak dewasa pada saat itu usia beliau diperkirakan sudah sekitar 20 tahunan
dan beliau meninggalkan keraton Selangangga Jambansari Ciamis. Karena ada
ketertarikan yang cukup kuat untuk menggali dan mendalami ilmu Agama. Perlu
diketahui oleh saudara sekalian seperti pepatah “buah tidak akan jauh dari pohonnya” kakek beliau yang bernama Raden
Adipati Adikusuma merupakan murid dari seorang Ulama Tasawuf/Sufi dari Ajaran
Tarikat Satariyah yang bernama Syekh Bagus Satariyah dari Cirebon.
Ayahanda
beliau juga meneruskan mengaji ilmu Agama baik ilmu fiqih, Ilmu Tasawuf dan
Ilmu Tauhid sehingga pada zamannya orangtua beliau dikenal selain sebagai
penguasa ditatar Galuh juga memiliki ilmu kebatinan dan keagamaan yang sangat
tinggi ilmunya.
Eyang Latif
muda butuh proses untuk mengenal jati dirinya, oleh sebab itu untuk menambah
wawasan keilmuan dan pengenalan jati dirinya beliau mengembara menimba ilmu dan
pengetahuan. Baik pengetahuan tentang kehidupan maupun pengetahuan tentang
hakekat ajaran dari Agama Islam yang pernah beliau terima baik dari Ayahandanya
ataupun dari leluhurnya. Dalam proses tapa brata dalam pengembaraannya beliau
menanggalkan gelar kebangsawanannya dan menyembunyikan jati dirinya dan berbaur
dengan masyarakat biasa.
Menurut cerita dari orang tua terdahulu beliau
berguru kepada seorang alim ulama yang juga seorang Waliyulloh yang dikenal
dengan nama Syekh Abdul Muhyi dari Pamijahan yang merupakan penganut ajaran
Sufi/Tasawuf Satariyah. Setelah dianggap cukup menimba ilmu beliau menggembara
dan menyebarkan syiar islam dari satu kampung ke kampung yang lainnya yang
sampai akhirnya beliau bertemu jodoh seorang wanita saleha pilihan hatinya yang
masih ada garis keturunan dari Kawali
dan Cirebon. Syiar islam tidak sampai hanya disini, beliau bersama isteri
tercinta mengembara dan akhirnya sampailah di kampung yang diberi nama oleh
beliau Kampung Cinyenang yang memiliki arti Kampung yang bersinar.
Dengan
kemauan yang keras bagaikan baja serta kebulatan tekadnya bersama isteri
tercinta beliau mulai membuka hutan/leuweung. Hari demi hari, bulan demi bulan
, tahun demi tahun akhirnya Kampung Cinyenang yang dahulunya adalah hutan
belantara dikarenakan ada kemauan yang keras dan keyakinan yang kuat diri
sendiri dan kepada kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa akhirnya hutan belantara
berubah menjadi perkampungan. Dan dari
kampung Cinyenang inilah cikal bakal yang menurunkan generasi-generasi dari
turunan Eyang Haji Latif.
Dari hasil
pernikahan yang pertama beliau dikaruniai 3 orang putera dan puteri dan dari
pernikahan beliau yang kedua beliau dikaruniai
2 orang putera. Ketika usia
beliau beranjak matang jika diperkirakan usia beliau pada saat menunaikan ibadah
haji pada saat itu sekitar 40 tahunan usia yang bisa dikatakan sudah matang.
Untuk menyempurnakan rukun islam yang kelima baik secara dzohir sara-batin
sara-dan hakekat sara beliau menyempurnakan rukun islam yang kelima yaitu
menunaikan ibadah haji yang pada saat itu jarang sekali orang yang dapat
menunaikan rukun islam yang kelima yaitu ibadah haji. Menunaikan ibadah haji
pada tahun sekitar 1899-19…. Itu situasi dan kondisinya tidak akan semudah
zaman sekarang yang cukup dengan pesawat terbang saja dalam waktu satu hari
sudah dapat sampai ke Mekkah. Tetapi pada zaman itu jika diperkirakan apabila
menggunakan kapal laut membutuhkan waktu sampai dengan kembali ke tanah air
bisa sampai 6 bulan lebih bahkan 1 tahun.
Kemudian
sekitar tahun 2006 s.d 2011 penulis melakukan napak tilas dan ziarah yang
dimulai dari makam eyang Haji Latif, Makom Sultan Agung Hanyrakakusumah dan
Raja-raja Yogyakarta, Eyang Raden Adipati Aria Kusumadiningrat, Eyang Raden
Adipati Adikusuma, Eyang Kusumadinata, Eyang Adipati Aria Panjijayanegara,
Eyang Adipati Anggapraja, Eyang Adipati Angganaya, Eyang Adipati Tmg
Wirahadikusuma, Eyang Adipati Panaekan, Eyang eyang Syekh Abdul Muhyi
Pamijahan, kemudian berlanjut ziarah ke Leuweung sancang Garut, kemudian ke
makom Ibu Ratu Kandita di Pelabuhan Ratu, kemudian berziarah ke makam Syekh Dul
Iman di tengah Situ Lengkong Panjalu, kemudian ziarah ke makam leluhur di
Astana Gede Kawali, Eyang Syekh Syarif Hidayatulloh, Eyang Syekh Nurjati, Eyang
Syekh Datu Kahfi, Mbah Kuwu Sangkan Cakrabuana, makom pasucian walahir Gunung
Galunggung makom Eyang Umi Sumairah Kusumah dan leluhur Galunggung, serta napak
tilas ke keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, Keraton Kanoman, Keprabonan
Cirebon, Keraton Sumedang Larang. Makom Kabuyutan Galunggung Sukajadi Leuwisari
Galunggung, Makom Eyang Aji Saka di Pasir Rumantag, Syekh Sunan Rohmat Suci
Godog Garut, Syekh Jafar Siddiq Cibiuk Garut, Makom Bojong Salawe Eyang
Maharaja Cipta Permana Dikusuma Prabu Digaluh, Makom Raja Sukapura di Sukaraja
Eyang Aria Wiradadaha, Eyang Siti Munigar,
dan Makom Panjaratan Sukapura di Manonjaya.
Bersambung ke Silsilah Keluarga Haji Abdul Latif Kusuma dan beberapa peninggalan lainnya, silahkan baca juga disini
Bersambung ke Silsilah Keluarga Haji Abdul Latif Kusuma dan beberapa peninggalan lainnya, silahkan baca juga disini
0 Response to "Silsilah Keluarga Haji Abdul Latif Kusuma"
Posting Komentar
Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!