Silsilah Keluarga Haji Abdul Latif Kusuma

TURUN BANTAYAN - Silsilah Keluarga Haji Abdul Latif Kusuma- Sebagai pembukaan tulisan ini ijinkan penulis untuk sedikit menceritakan asal-usul H Latif yang memiliki nama lengkap H. Raden Abdul Latif Kusumadiningrat. Dalam penulisan sejarah asal-usul beliau bukan tanpa sebab dan bukan sekedar karangan belaka. Tetapi sejarah asal-usul beliau sudah sekian lama penulis dokumentasikan melalui catatan pribadi berdasarkan pengalaman pribadi baik secara lahiriah maupun batiniah. Semoga dengan sedikit dijabarkan sejarah asal-usul beliau akan menambah wawasan dan kecintaan kita kepada beliau dan semakin mempererat tali ukhuwah islamiyah diantara keluarga besar rundayan Bani Latif.       



                Setelah penulis melakukan napak tilas dan nyugcruk galur silsilah keturunan dari eyang H Latif yang dimulai pada tahun 2005 setelah penulis menyelesaikan pendidikan di kota Yogyakarta. Penulis kembali ketanah kelahiran leluhur tercinta yaitu di kampung Cinyenang Desa Sidamulya Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis yang lokasinya tidak jauh dari lokasi objek wisata budaya dan sejarah bekas peninggalan kerajaan Galuh yaitu Situs Karang kamulyan. 
                Cerita mengenai kisah zuriyat atau silsilah turunan memang pada awalnya tidak dibukukan oleh generasi orang tua dahulu dan hanya diceritakan dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi (menjadi buah bibir/tutur tinular). Awal pertama timbul rasa penasaran untuk membuka tabir rahasia silsilah keturunan dari Eyang H  Latif ketika Ayahanda dan Bibi penulis yang bernama Bapak Sofyan Iskandar dan Ibu Atik Dartika generasi ke empat dari Eyang H Latif pernah menyampaikan kepada penulis bahwa dahulu kakek Natawisastra dan Nenek Onoh anak dari Uyut Isti pernah bercerita bahwa Eyang H Latif merupakah zuriyat atau turunan dari seorang Bupati Galuh Ciamis ke 3 yang dimakamkan di makam Jambansari Ciamis. 

                Eyang H Latif menurut cerita dari mulut ke mulut yang disampaikan oleh orang tua terdahulu bahwa beliau diperkirakan lahir pada abad ke 18 atau sekitar tahun 1850 s.d 1859. Setelah beranjak dewasa pada saat itu usia beliau diperkirakan sudah sekitar 20 tahunan dan beliau meninggalkan keraton Selangangga Jambansari Ciamis. Karena ada ketertarikan yang cukup kuat untuk menggali dan mendalami ilmu Agama. Perlu diketahui oleh saudara sekalian seperti pepatah “buah tidak akan jauh dari pohonnya” kakek beliau yang bernama Raden Adipati Adikusuma merupakan murid dari seorang Ulama Tasawuf/Sufi dari Ajaran Tarikat Satariyah yang bernama Syekh Bagus Satariyah dari Cirebon.

Ayahanda beliau juga meneruskan mengaji ilmu Agama baik ilmu fiqih, Ilmu Tasawuf dan Ilmu Tauhid sehingga pada zamannya orangtua beliau dikenal selain sebagai penguasa ditatar Galuh juga memiliki ilmu kebatinan dan keagamaan yang sangat tinggi ilmunya.
Eyang Latif muda butuh proses untuk mengenal jati dirinya, oleh sebab itu untuk menambah wawasan keilmuan dan pengenalan jati dirinya beliau mengembara menimba ilmu dan pengetahuan. Baik pengetahuan tentang kehidupan maupun pengetahuan tentang hakekat ajaran dari Agama Islam yang pernah beliau terima baik dari Ayahandanya ataupun dari leluhurnya. Dalam proses tapa brata dalam pengembaraannya beliau menanggalkan gelar kebangsawanannya dan menyembunyikan jati dirinya dan berbaur dengan masyarakat biasa.

 Menurut cerita dari orang tua terdahulu beliau berguru kepada seorang alim ulama yang juga seorang Waliyulloh yang dikenal dengan nama Syekh Abdul Muhyi dari Pamijahan yang merupakan penganut ajaran Sufi/Tasawuf Satariyah. Setelah dianggap cukup menimba ilmu beliau menggembara dan menyebarkan syiar islam dari satu kampung ke kampung yang lainnya yang sampai akhirnya beliau bertemu jodoh seorang wanita saleha pilihan hatinya yang masih ada garis  keturunan dari Kawali dan Cirebon. Syiar islam tidak sampai hanya disini, beliau bersama isteri tercinta mengembara dan akhirnya sampailah di kampung yang diberi nama oleh beliau Kampung Cinyenang yang memiliki arti Kampung yang bersinar.              

Dengan kemauan yang keras bagaikan baja serta kebulatan tekadnya bersama isteri tercinta beliau mulai membuka hutan/leuweung. Hari demi hari, bulan demi bulan , tahun demi tahun akhirnya Kampung Cinyenang yang dahulunya adalah hutan belantara dikarenakan ada kemauan yang keras dan keyakinan yang kuat diri sendiri dan kepada kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa akhirnya hutan belantara berubah menjadi perkampungan.  Dan dari kampung Cinyenang inilah cikal bakal yang menurunkan generasi-generasi dari turunan Eyang Haji Latif. 

Dari hasil pernikahan yang pertama beliau dikaruniai 3 orang putera dan puteri dan dari pernikahan beliau yang kedua beliau dikaruniai  2 orang putera.  Ketika usia beliau beranjak matang jika diperkirakan usia beliau pada saat menunaikan ibadah haji pada saat itu sekitar 40 tahunan usia yang bisa dikatakan sudah matang. Untuk menyempurnakan rukun islam yang kelima baik secara dzohir sara-batin sara-dan hakekat sara beliau menyempurnakan rukun islam yang kelima yaitu menunaikan ibadah haji yang pada saat itu jarang sekali orang yang dapat menunaikan rukun islam yang kelima yaitu ibadah haji. Menunaikan ibadah haji pada tahun sekitar 1899-19…. Itu situasi dan kondisinya tidak akan semudah zaman sekarang yang cukup dengan pesawat terbang saja dalam waktu satu hari sudah dapat sampai ke Mekkah. Tetapi pada zaman itu jika diperkirakan apabila menggunakan kapal laut membutuhkan waktu sampai dengan kembali ke tanah air bisa sampai 6 bulan lebih bahkan 1 tahun.

Kemudian sekitar tahun 2006 s.d 2011 penulis melakukan napak tilas dan ziarah yang dimulai dari makam eyang Haji Latif, Makom Sultan Agung Hanyrakakusumah dan Raja-raja Yogyakarta, Eyang Raden Adipati Aria Kusumadiningrat, Eyang Raden Adipati Adikusuma, Eyang Kusumadinata, Eyang Adipati Aria Panjijayanegara, Eyang Adipati Anggapraja, Eyang Adipati Angganaya, Eyang Adipati Tmg Wirahadikusuma, Eyang Adipati Panaekan, Eyang eyang Syekh Abdul Muhyi Pamijahan, kemudian berlanjut ziarah ke Leuweung sancang Garut, kemudian ke makom Ibu Ratu Kandita di Pelabuhan Ratu, kemudian berziarah ke makam Syekh Dul Iman di tengah Situ Lengkong Panjalu, kemudian ziarah ke makam leluhur di Astana Gede Kawali, Eyang Syekh Syarif Hidayatulloh, Eyang Syekh Nurjati, Eyang Syekh Datu Kahfi, Mbah Kuwu Sangkan Cakrabuana, makom pasucian walahir Gunung Galunggung makom Eyang Umi Sumairah Kusumah dan leluhur Galunggung, serta napak tilas ke keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, Keraton Kanoman, Keprabonan Cirebon, Keraton Sumedang Larang. Makom Kabuyutan Galunggung Sukajadi Leuwisari Galunggung, Makom Eyang Aji Saka di Pasir Rumantag, Syekh Sunan Rohmat Suci Godog Garut, Syekh Jafar Siddiq Cibiuk Garut, Makom Bojong Salawe Eyang Maharaja Cipta Permana Dikusuma Prabu Digaluh, Makom Raja Sukapura di Sukaraja Eyang Aria Wiradadaha, Eyang Siti Munigar,  dan Makom Panjaratan Sukapura di Manonjaya.

Bersambung ke Silsilah Keluarga Haji Abdul Latif Kusuma dan beberapa peninggalan lainnya, silahkan baca juga disini

0 Response to "Silsilah Keluarga Haji Abdul Latif Kusuma"

Posting Komentar

Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!