Sejarah: Cerita Mak Lampir dan Gerandong

Sejarahnya, Mak Lampir dikurung di peti mati bertuliskan ayat Alquran oleh Kyai Ageng Prayogo, utusan Sunan Kudus yang diperintahkan oleh Sang Sultan, Raden Patah untuk memusnahkan ajaran sesat Mak Lampir dan menghancurkan jerumunnya. Cerita Mak Lampir dan Gerandong yang Begitu Terkenal. Ceritanya kemudian mundur ke kejadian - kejadian yang mengarah ke pertarungan itu. Mak Lampir, sehabis mengorbankan seorang bayi, berbicara kepada para pengikut Anggrek Jingga mengenai kekuatannya yang ia dapatkan dari Dewa Batara Kala di sarangnya, Gua Setan.

Dalam versi lain, Mak lampir selalu saja melakukan aksi aksi keonaran diberbagai daerah yang membuat namanya begitu terkenal dikalangan putih maupun hitam. Cerita Kolosal rakyat ini terbagi menjadi beberapa judul, dan pemunculan pendekar putih baru maupun pendekar dari golongan hitam. begitu banyak tokoh dalam kisah Mak Lampir, seperti sembara dan pengikutnya, pangeran kumbang, kalagondang dan kyai sepuh lainnya seperti kyai jamas dan teman temannya.


Sementara itu, Raden Patah mengadakan pertemuan dengan dewannya mengenai Mak Lampir, yang sedang maraknya meneror kerajaan. Ia bertanya kepada Syekh Sunan Kudus siapakah yang paling pantas untuk memimpin penyerbuan perguruan Anggrek Jingga di lereng Gunung Lawu. Sang Sunan mengamati anak buahnya dan mengusulkan Kyai Ageng Prayogo untuk memimpin penyerbuan tersebut, karena ia melihat ada cahaya di dahinya.

Nun jauh di sarang Mak Lampir, dia merasakan hatinya berdebar - debar dan meramal melalui mangkuk di air untuk menguntit rapat di istana Raden Patah. Ia murka akan rencana kerajaan Demak, dan menyantet Kyai Ageng Prayogo. Prayogo menemukan barang - barang di sekitarnya bergemuruh dan dirinya diserang oleh kucing hitam yang berubah menjadi ular kobra. Dengan kesaktiannya, ia mampu membela dirinya dan menghancurkan ular santet itu. Pada saat itu juga, Sunan Kudus mengucapkan salam dari pintunya dan menghampiri Prayogo, yang mengatakan bahwa Prayogo sedang dicoba oleh musuh. Ia mengingatkan Prayogo bahwa musuhnya bukan orang sembarangan, dan memberikannya tongkat sakti. Ia mengatakan bahwa Mak Lampir tidak bisa mati, karena menguasai ilmu hitam. Satu - satunya cara untuk membinasakannya adalah mengurungnya di peti kayu besi hitam yang dipantek dengan pantek emas di setiap sudut.

Baca Juga : Lutung Kasarung dan Putri Purbasari Ayuwangi

Mak Lampir, yang menguntit dari mangkuk ramalan di sarangnya, merasa terlawan oleh Sunan Kudus, yang ia merasa tidak bisa ia tandingi. Karena itu, ia memutuskan untuk mencari bantuan ke Ratu Pantai Selatan, Gusti Roro Kidul. Keesokan harinya, ia dan murid - muridnya bergegas ke Pantai Selatan dan menyiapkan sesajen (kepala kerbau, burung gagak, makanan dan dupa) yang digunakan untuk memanggil Gusti Roro Kidul yang kemudian di hanyutkan di ombak. Gusti Roro Kidul pun nampak dari air bersama dayang - dayangnya, dan menanyakan apa mau Mak Lampir. Mak Lampir mengatakan ingin minta pertolongannya untuk melawan Sunan Kudus. Sang Ratu mengatakan sebaiknya ia mengalah dan minta ampun, karena Sunan Kudus punya tentara dari langit yang tidak bisa ia lihat (malaikat). Mak Lampir memaksa bahwa Sang Ratu harus menolongnya, dan Sang Ratu pun setuju. Ia pun memberikannya cambuk sakti yang harus direndam dalam darah dan dibarengi dengan pengorbanan 7 bayi suci. Kyai Ageng Prayogo dan pasukannya sudah dalam perjalanan ke lereng Gunung Lawu.

Sesampainya pasukan itu ke lereng Gunung Lawu, Mak Lampir dan murid - muridnya sudah siap untuk bertarung dan pertarungan pun berlangsung. Mak Lampir bertarung silat dengan Kyai Ageng Prayogo, dan terlihat bahwa keduanya adalah lawan yang seimbang. Mak Lampir pun mendemonstrasikan cambuk saktinya yang mampu mengeluarkan gelombang ledakan bila di pecutkan. Mereka pun bertarung di atas air, dan Mak Lampir isi perutnya dikeluarkan oleh Kyai Ageng Prayogo, dan organ - organ tubuhnya pun tenggelam ke dasar air. Aksi ini ternyata sia - sia, karena kemudian bagian tubuhnya bersatu lagi dan Mak Lampir hidup kembali. Namun Kyai Ageng Prayogo mampu mengurung Mak Lampir di dalam peti tersebut, menyimpan peti itu di sarang Mak Lampir. Sebelum Prayogo pergi, Mak Lampir bersumpah ia akan membalas dendamnya ke keturunan Prayogo suatu hari nanti. Prayogo pun meruntuhkan sarang Mak Lampir dan pasukan Demak pun berlari keluar.

130 tahun kemudian, saat sekelompok pria sedang berburu celeng, salah seorangnya, Sarmah, terjeblos ke dalam lubang. Temannya, Sarjan, meluncur masuk untuk membantunya. Keduanya menelusuri gua yang penuh dengan tengkorak itu untuk mencari jalan keluar, dan menemukan peti Mak Lampir yang ditiban oleh berhala Batara Kala (dan dijaga oleh rohnya yang mengelilingi peti itu, yang tidak bisa dilihat oleh Sarmah dan Sarjan). Mereka berdua berpikir bahwa peti itu berisi harta karun, dan mencoba untuk membukanya. Mereka berhasil, dan Sarmah menemukan tubuh Mak Lampir yang terbaring di dalamnya. Sarjan, di sisi lain, melihat harta karun di dalam peti. Sarmah berusaha untuk melarikan diri sementara Sarjan tergila - gila pada ilusi harta karun yang ia lihat, dan menuduh Sarman sebagai seorang serakah yang ingin mengambil semua harta itu. Mereka pun bertarung silat, sementara roh Mak Lampir masuk kembali ke dalam jasadnya. Sarmah kalah dan terjatuh di peti mati Mak Lampir, meneteskan darah ke bibir Mak Lampir. Mak Lampir pun terbangun dan membunuh Sarjan, dan kemudian salto keluar dari gua. Ia mendeklarasikan dendamnya ke keturunan Prayogo, yang sudah lama wafat.

Pada suatu malam, di suatu kampung, beberapa warganya ditemukan tewas dengan luka cakar di wajahnya, yang ternyata adalah satu keluarga. Kerajaan Demak, yang telah menjadi Kerajaan Mataram, mengadakan rapat dewan di istana Sultan. Sang Sultan ingin turun tangan sendiri untuk mencari pembunuh warga - warga tersebut, namun para senopatinya mengatakan mereka akan mengurusnya.

Adegannya kemudian berpindah ke pertarungan silat di antara beberapa pria dan seorang wanita tua yang jago silat di malam hari. Wanita itu pun mampu diikat oleh Kanjeng Kyai Keraton, Syekh Ali Akbar, dan dirinya dipersembahkan ke salah satu senopati Mataram. Senopati itu pun memerintahkan para penjaga untuk mengurung wanita itu di kerangkeng. Ternyata, Mak Lampir telah menjelma menjadi Syekh Ali Akbar tanpa sepengetahuan siapapun.

Keesokan paginya, salah seorang senopati mendiskusikan wanita sakti itu dengan bawahannya, yang ternyata berjulukan Nini Thowok. Sang senopati pun memerintahkannya agar dibawa ke hadapannya. Namun seorang penjaga melaporkan bahwa wanita itu telah melarikan diri. Sang Sultan kemudian memerintahkan untuk menangkap wanita itu, hidup atau mati.

Sementara itu, sekelompok anak - anak sedang bermain gatrik di pinggiran desa. Tiba - tiba Mak Lampir muncul dan menangkap gatriknya di udara dan menghancurkannya. Kemudian ia bertanya apakah salah satu dari mereka adalah anak dari Harun Hambali (salah satu keturunan Prayogo). Anak - anak itupun melarikan diri.

Pada malam hari, setelah pelajaran mengaji, Sembara, Bashir dan Aji sedang dalam perjalanan pulang ketika salah satunya, Bashir, mencium bau menyan. Seekor kalong besar terbang di atas kepala mereka, sementara Nyi Bidara memperhatikan dari belakang semak - semak. Bashir mengompol karena ketakutan, dan mereka bertiga pun bergegas pulang. Tawaan Mak Lampir terdengar di atas pepohonan, mengikuti anak - anak itu. Mereka pun berlari ke rumah si Aji untuk bersembunyi, namun kemudian tawaan Mak Lampir berhenti, dan Bashir dan blabla pulang. Kemudian, di tengah malam, Mak Lampir menemukan Aji dan berniat untuk menyerangnya, sampai kemudian dihentikan oleh Nyi Bidara. Nyi Bidara dan Mak Lampir bertarung silat, dan nampak jelas keduanya adalah lawan yang setara. Mereka menghilang sebentar, dan ibunya Aji, terbangun, menanyakan ada kejadian apa di luar. Aji menjawab ada orang yang berkelahi, namun ibunya mengatakan ia ngawur saja.

Keesokan paginya, warga desa membicarakan kejadian tadi malam. Mereka mendengar berbagai macam suara dan curiga ada apa - apa yang terjadi. Ternyata seorang wanita telah tewas dicekik nenek-nenek. Suaminya, Pak Raisman datang ke tempat ia sedang diurus oleh seorang Raden di rumahnya dan menceritakan bahwa ia menemukan seorang nenek-nenek mencekik istrinya hingga tewas sementara putrinya Farida ketakutan, namun anehnya, aman dari Mak Lampir. Kanjeng dan Raden pun meminta untuk bertemu dengan Farida dan memeriksanya, karena Mak Lampir tidak dapat menyentuhnya.

Sementara itu, Nyi Bidara yang berada dalam keadaan luka - luka sampai di rumahnya dan meminta bantuan suaminya, Kyai Jabad. Nyi Bidara menceritakan bahwa ia habis bertarung dengan Mak Lampir, dan suaminya mengenal Mak Lampir dari cerita - cerita guru mereka dahulu, Ki Banaspati. Nyi Bidara mengakui bahwa kekuatan Mak Lampir jauh lebih kuat dibanding dengannya, dan menceritakan bagaimana ia bisa babak belur begitu. Pada hari sebelumnya, ia berkehendak menjaga keluarga Pak Raisman dari Mak Lampir (Mbok Gino adalah keturunan Prayogo) dan memberikan penangkal bala wahyu agung kepada Farida, namun Mbok Gino menolak dan mengusir Nyi Bidara pergi. Pada malam itu, Mak Lampir datang untuk membunuh keluarga Pak Raisman, dan iapun bertarung dengannya. Mak Lampir kali ini siap melawan Nyi Bidara, berubah menjadi tanaman menjalar raksasa yang melilit - lilit Nyi Bidara, membuatnya babak belur.

Pada malam itu, Nyi Bidara memanggil Mak Lampir, memerintahkannya untuk menghentikan pembunuhan keturunan Prayogo dan bersumpah ia akan menguburnya sebagaimana dahulu Prayogo menguburnya. Mereka berdua pun bertarung kembali, namun Mak Lampir berhasil kabur.

Demikianlah cerita kolosal rakyat untuk Cerita Mak Lampir dan Gerandong yang Begitu Terkenal. begitu banyak versi dan penjelas. namun disini saya mengangkat kisahnya melalui

nara sumber Wikipedia

0 Response to "Sejarah: Cerita Mak Lampir dan Gerandong"

Posting Komentar

Selamat datang dan Semoga bermanfaat !!!